HIDUP adalah disaat merajut pagi dengan benang asa
MATI adalah disaat menenggelamkan asa dilautan tak berujung
by orienee

Minggu, 05 Juni 2011

Diary, 10 Sept '02 ; 8.15 am

(saat teringat "Yang Terindah" berlalu pergi)

 Kembali aku terpekur pada sore itu
Saat hujan bertanya padaku "Mengapa hanya berdiri saja, mengapa tidak masuk dan buang kabut digunung terjal itu"
"Bangunkan dia dengan nafasmu, tampar dia dengan eksistensimu, pukul dia dengan mimpimu"

Tapi aku meragu dan tetap berdiri memandang keangkerannya
Akupun mulai lelah untuk melangkah lagi
Entah sudah berapa kali aku terjungkal dalam gelapnya
Hatiku telah teraja oleh terjalnya

Setengah teriak hujanpun menghardikku
"Bodoh....cepat masuk sebelum dia benar-benar membatu"
"Jangan biarkan aku membuatmu mengigil disini"
"Masuk dan teriaklah sepuasmu hingga tubuhmu terbakar dan melelahkannya"
"Jangan biarkan dia menghempasmu begitu saja, gugat konsekuensinya dengan tatapan liarmu, ikat dengan opinimu"
"Jangan biarkan sinisnya melumpuhkanmu, mematahkanmu, mencengkeramnu hingga tak mampu bernafas"

Aneh, tubuhku tak mampu kugerakkan
Aku hanya mampu termangu dan terpaku dalam kesombongannya
Kutak bisa melangkah meski hanya setapak
Asaku terpenjara diantara dinding terjalnya
Seketika tubuhku membara meski hujan beribu kali mengguyurku
"Aku tak bisa.....aku tak kuat......aku tak mampu....aku benci dia....sangat benci dia......",desisku tertahan

Kurasakan kakiku memaksa dan membawaku berlari menjauh
Dan.....semakin menjauh meski semakin aku terkoyak
Kudengar hujan mencercaku keras
"Bodoh....Lemah.....Rentan.....Keras Kepala.....!!!!!!!!"
Aku tak peduli, kakiku semakin kencang berlari
Aku terlanjur jatuh dalam baraku dan aku tak ingin berpaling
Aku tak ingin menatapmu, aku tank ingin mendakinya, aku tak ingin jatuh dalam terjalnya, aku tak ingin terselimuti kabutnya selama nafasku ada
Aku tetap berlari meski kakiku mulai lumpuh, meski hujan semakin mencercahku pedas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar